Kamis, 18 Oktober 2018

HIJRAH

Nasehat Syaikhuna alm. KH.Uzairon TA
(Pengasuh Ponpes Alfatah Temboro)

Senantiasa kita mengingati dan menyadari, bahwa kita ini dalam satu perjalanan yang sangat jauh dan sangat panjang, perjalanan menuju akhirat, tambah hari tambah dekat kita kepada akhirat, oleh karena itu tambah hari, tambah hari, semestinya tambah kita mengingati akhirat, tambah menyiapkan diri kita untuk kehidupan diakhirat, menghabiskan fikir kita tenaga kita dan seluruh apa yang Alloh berikan kepada kita untuk membangun akhirat kita, tambah hari, tambah hari, tambah dekat perpisahan kita dengan dunia, maka semestinya tambah hari tambah berkurang kecintaan kita dan kesibukan kita untuk dunia ini.
Sebentar lagi kita akan berjumpa dengan Alloh, menghadap kepada Alloh, kemudian Alloh akan bertanya kepada kita mengenai amal-amal kita, maka semestinya orang yang beriman tambah hari tambah mempersiapkan diri untuk pertemuan yang besar ini, pertemuan dengan Alloh SWT

Orang kafir, karena mereka tidak kenal dengan Alloh, tidak kenal dengan akhirat, siang dan malam yang difikirkan adalah hartanya, hartanya dan hartanya. Orang beriman, yang sudah kenal kepada Alloh, sudah kenal dengan kehidupan akhirat, yang dia pikirkan siang dan malam adalah amalnya, amalnya dan amalnya.

Tanpa terasa tiba-tiba sudah tahun baru hijriyah. Sayyidina Umar Ra yang telah memulai tahun penanggalan islam dengan hijriyah ini.

Banyak orang usul pada waktu itu dalam musyawaroh, ini umat islam mau memulai penanggalan dari mana, maka sebagian usul, hendaknya penanggalan islam ini dimulai dari  kelahiran Nabi SAW, karena tidak ada nikmat yang lebih besar yang telah Alloh berikan pada umat ini, melebihi diutusnya baginda Muhammad SAW kepada umat ini. Sebagian ada yang mengusulkan bahwa tahun baru islam ini hendaknya dimulai dari kenabian Baginda Nabi SAW ketika beliau menerima wahyu yang pertama, karena tidak ada anugerah yang lebih besar kepada umat ini, melebihi di turunkanya wahyu dari langit untuk membimbing umat ini yaitu Al-Quran, macam-macam usulan pada waktu itu. Tetapi Sayyidina Umar bin Khotob Ra memutuskan bahwa penanggalan islam ini dimulai dari hijrah.

Yang di kehendaki oleh Sayyidina Umar Ra, untuk memberikan pelajaran kepada umat, karena hijrah ini adalah suatu amalan yang di kerjakan oleh semua umat. Kalau hari penanggalan ini dimulai dari kelahiran Baginda Nabi SAW atau turunnya wahyu,  maka seolah-olah kita ini diajari hanya untuk mengingati Baginda Nabi SAW saja. Tetapi dengan penanggalan dimulai dari hijrah ini, kita diingatkan oleh Sayidina Umar Ra kepada perjuangan Baginda Nabi SAW dan perjuangan umat seluruhnya. Baginda Nabi hijrah, para sahabat hijrah, laki-laki hijrah, wanita hijrah, anak-anak hijrah, ke Madinah Al Munawaroh, maksud daripada hijrah ini hanya satu saja, yaitu ingin bisa mengamalkan agama secara sempurna.

Dan untuk bisa mengamalkan agama secara sempurna ini, tidak cukup dengan pengorbanan Nabi saja, tetapi harus pengorbanan umat, karena yang berhajat kepada agama ini adalah umat, maka harus pengorbanan umat. Tidak ada keraguan bahwa Baginda Nabi semulia-mulianya para Nabi, semulia-mulianya para Rosul, tidak ada makhluk yang membandingi beliau.
Hadirin yang dimuliakan Alloh SWT, tetapi masalahnya bukan masalah itu, agama ini keperluan umat, maka yang berkorban juga harus umat. Baginda Nabi korban, para sahabat korban, laki-laki korban, wanita korban, meninggalkan segalanya menuju Madinah Al munawaroh, sampai di Madinah Al Munawaroh, maka Alloh SWT bangkitkan orang-orang Madinah untuk menjadi pembela-pembela mereka.
طَلَعَ الْبَدْرُ عَلَيْنَا       مِنْ ثَنِيَّةِ الْوَدَاعِ
وَجَبَ الشُّكْرُ عَلَيْنَا   مَا دَاعَ لِلَّهِ الدَّاعٍ
Telah terbit purnama di atas kita.
Muncul dari Tsaniyatul Wada’.
Wajib bersyukur atas kita.
Selagi Da’i yang mengajak kepada Alloh masih ada.
Laki-laki, wanita, anak-anak, semua mereka bersatu, untuk membela orang-orang muhajirin, Baginda Nabi dan para sahabatnya.

Akhirnya timbulah suatu kerjasama yang luar biasa, kerjasama yang hanya semata-mata karena Alloh, kerjasama yang semata-mata karena agama Alloh, kerjasama yang semata-mata hanya untuk bagaimana mengamalkan agama Alloh, maka ini betul-betul mengesan dalam hati Sayyidina Umar dan para sahabat pada waktu itu, sehingga diputuskan bahwa tahun baru penanggalan umat islam dimulai daripada hijrah, setiap hari kita melihat tanggalan, maka kita teringat hijrah, bahwa agama ini perlu hijroh, tanpa hijrah kita tidak bisa mengamalkan agama.

Hijrah ini ada dua, ada hijrah tempat, hijrah materi, hijrah tempat dari Makah ke Madinah, tapi hijrah yang sesungguhnya adalah hijrah amalan.
 Baginda Nabi SAW mengatakan :

 وَالْمُهَاجِرُ مَنْ هَاجَرَ عَمَّا نَهَى اللهُ عَنْهُ
“Orang yang hijroh yang sebenar-benarnya hijroh, adalah orang-orang yang meninggalkan apa-apa yang dilarang oleh Alloh”.
Itulah hijrah yang sebenarnya. Maka setiap hari kita mesti hijrah, hijrah dari kekufuran menuju keimanan, hijrah daripada kemaksiatan menuju ketaatan, hijrah daripada kelalaian menuju dzikrulloh, hijrah dari kebodohan menuju ilmu Alloh, hijrah dari keburukan menuju kebaikan, senantiasa kita ini harus berusaha hijrah, usaha perubahan-perubahan amalan, amalan yang buruk mesti kita tinggalkan, karena amalan-amalan yang buruk nanti akan menjadi masalah selama-lamanya yang tidak ada habis-habisnya apabila kita tidak hijrah, tidak bertobat daripada amalan-amalan yang buruk itu.

مَنْ لَزِمَ اْلإِسْتِغْفَارَ جَعَلَ اللهُ لَهُ مِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا  وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ
“Barang siapa senantiasa istighfar dan istighfar ini bagian daripada hijroh, bahkan keburukan-keburukan menuju kebaikan, maka Alloh SWT akan memberikan jalan keluar dari kesulitan-kesulitannya dan Alloh akan memberikan kepadanya rizki dari tempat yang tidak disangka-sangka.”
Maka hari jum’at ini juga hari hijrah, bagaimana kita tinggalkan keburukan-keburukan menuju kebaikan-kebaikan, keburukan apa saja, keburukan yang berkaitan dengan keluarga, bagaimana didalam keluarga kita ada suasana hijrah, perkara-perkara yang buruk kita tinggalkan, sehingga suasana rumah sahabat ada dirumah-rumah kita, di kampung kitapun harus ada suasana hijrah, bagaimana amalan-amalan yang buruk ditinggalkan dan amalan yang haq ditegakkan.

 Seluruh umat hijrah bersama-sama untuk meninggalkan keburukan-keburukan dan menegakkan kebenaran.pengasuh ponpes Alfatah Temboro)

Senantiasa kita mengingati dan menyadari, bahwa kita ini dalam satu perjalanan yang sangat jauh dan sangat panjang, perjalanan menuju akhirat, tambah hari tambah dekat kita kepada akhirat, oleh karena itu tambah hari, tambah hari, semestinya tambah kita mengingati akhirat, tambah menyiapkan diri kita untuk kehidupan diakhirat, menghabiskan fikir kita tenaga kita dan seluruh apa yang Alloh berikan kepada kita untuk membangun akhirat kita, tambah hari, tambah hari, tambah dekat perpisahan kita dengan dunia, maka semestinya tambah hari tambah berkurang kecintaan kita dan kesibukan kita untuk dunia ini.
Sebentar lagi kita akan berjumpa dengan Alloh, menghadap kepada Alloh, kemudian Alloh akan bertanya kepada kita mengenai amal-amal kita, maka semestinya orang yang beriman tambah hari tambah mempersiapkan diri untuk pertemuan yang besar ini, pertemuan dengan Alloh SWT

Orang kafir, karena mereka tidak kenal dengan Alloh, tidak kenal dengan akhirat, siang dan malam yang difikirkan adalah hartanya, hartanya dan hartanya. Orang beriman, yang sudah kenal kepada Alloh, sudah kenal dengan kehidupan akhirat, yang dia pikirkan siang dan malam adalah amalnya, amalnya dan amalnya.

Tanpa terasa tiba-tiba sudah tahun baru hijriyah. Sayyidina Umar Ra yang telah memulai tahun penanggalan islam dengan hijriyah ini.

Banyak orang usul pada waktu itu dalam musyawaroh, ini umat islam mau memulai penanggalan dari mana, maka sebagian usul, hendaknya penanggalan islam ini dimulai dari  kelahiran Nabi SAW, karena tidak ada nikmat yang lebih besar yang telah Alloh berikan pada umat ini, melebihi diutusnya baginda Muhammad SAW kepada umat ini. Sebagian ada yang mengusulkan bahwa tahun baru islam ini hendaknya dimulai dari kenabian Baginda Nabi SAW ketika beliau menerima wahyu yang pertama, karena tidak ada anugerah yang lebih besar kepada umat ini, melebihi di turunkanya wahyu dari langit untuk membimbing umat ini yaitu Al-Quran, macam-macam usulan pada waktu itu. Tetapi Sayyidina Umar bin Khotob Ra memutuskan bahwa penanggalan islam ini dimulai dari hijrah.

Yang di kehendaki oleh Sayyidina Umar Ra, untuk memberikan pelajaran kepada umat, karena hijrah ini adalah suatu amalan yang di kerjakan oleh semua umat. Kalau hari penanggalan ini dimulai dari kelahiran Baginda Nabi SAW atau turunnya wahyu,  maka seolah-olah kita ini diajari hanya untuk mengingati Baginda Nabi SAW saja. Tetapi dengan penanggalan dimulai dari hijrah ini, kita diingatkan oleh Sayidina Umar Ra kepada perjuangan Baginda Nabi SAW dan perjuangan umat seluruhnya. Baginda Nabi hijrah, para sahabat hijrah, laki-laki hijrah, wanita hijrah, anak-anak hijrah, ke Madinah Al Munawaroh, maksud daripada hijrah ini hanya satu saja, yaitu ingin bisa mengamalkan agama secara sempurna.

Dan untuk bisa mengamalkan agama secara sempurna ini, tidak cukup dengan pengorbanan Nabi saja, tetapi harus pengorbanan umat, karena yang berhajat kepada agama ini adalah umat, maka harus pengorbanan umat. Tidak ada keraguan bahwa Baginda Nabi semulia-mulianya para Nabi, semulia-mulianya para Rosul, tidak ada makhluk yang membandingi beliau.
Hadirin yang dimuliakan Alloh SWT, tetapi masalahnya bukan masalah itu, agama ini keperluan umat, maka yang berkorban juga harus umat. Baginda Nabi korban, para sahabat korban, laki-laki korban, wanita korban, meninggalkan segalanya menuju Madinah Al munawaroh, sampai di Madinah Al Munawaroh, maka Alloh SWT bangkitkan orang-orang Madinah untuk menjadi pembela-pembela mereka.
طَلَعَ الْبَدْرُ عَلَيْنَا       مِنْ ثَنِيَّةِ الْوَدَاعِ
وَجَبَ الشُّكْرُ عَلَيْنَا   مَا دَاعَ لِلَّهِ الدَّاعٍ
Telah terbit purnama di atas kita.
Muncul dari Tsaniyatul Wada’.
Wajib bersyukur atas kita.
Selagi Da’i yang mengajak kepada Alloh masih ada.
Laki-laki, wanita, anak-anak, semua mereka bersatu, untuk membela orang-orang muhajirin, Baginda Nabi dan para sahabatnya.

Akhirnya timbulah suatu kerjasama yang luar biasa, kerjasama yang hanya semata-mata karena Alloh, kerjasama yang semata-mata karena agama Alloh, kerjasama yang semata-mata hanya untuk bagaimana mengamalkan agama Alloh, maka ini betul-betul mengesan dalam hati Sayyidina Umar dan para sahabat pada waktu itu, sehingga diputuskan bahwa tahun baru penanggalan umat islam dimulai daripada hijrah, setiap hari kita melihat tanggalan, maka kita teringat hijrah, bahwa agama ini perlu hijroh, tanpa hijrah kita tidak bisa mengamalkan agama.

Hijrah ini ada dua, ada hijrah tempat, hijrah materi, hijrah tempat dari Makah ke Madinah, tapi hijrah yang sesungguhnya adalah hijrah amalan.
 Baginda Nabi SAW mengatakan :

 وَالْمُهَاجِرُ مَنْ هَاجَرَ عَمَّا نَهَى اللهُ عَنْهُ
“Orang yang hijroh yang sebenar-benarnya hijroh, adalah orang-orang yang meninggalkan apa-apa yang dilarang oleh Alloh”.
Itulah hijrah yang sebenarnya. Maka setiap hari kita mesti hijrah, hijrah dari kekufuran menuju keimanan, hijrah daripada kemaksiatan menuju ketaatan, hijrah daripada kelalaian menuju dzikrulloh, hijrah dari kebodohan menuju ilmu Alloh, hijrah dari keburukan menuju kebaikan, senantiasa kita ini harus berusaha hijrah, usaha perubahan-perubahan amalan, amalan yang buruk mesti kita tinggalkan, karena amalan-amalan yang buruk nanti akan menjadi masalah selama-lamanya yang tidak ada habis-habisnya apabila kita tidak hijrah, tidak bertobat daripada amalan-amalan yang buruk itu.

مَنْ لَزِمَ اْلإِسْتِغْفَارَ جَعَلَ اللهُ لَهُ مِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا  وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ
“Barang siapa senantiasa istighfar dan istighfar ini bagian daripada hijroh, bahkan keburukan-keburukan menuju kebaikan, maka Alloh SWT akan memberikan jalan keluar dari kesulitan-kesulitannya dan Alloh akan memberikan kepadanya rizki dari tempat yang tidak disangka-sangka.”
Maka hari jum’at ini juga hari hijrah, bagaimana kita tinggalkan keburukan-keburukan menuju kebaikan-kebaikan, keburukan apa saja, keburukan yang berkaitan dengan keluarga, bagaimana didalam keluarga kita ada suasana hijrah, perkara-perkara yang buruk kita tinggalkan, sehingga suasana rumah sahabat ada dirumah-rumah kita, di kampung kitapun harus ada suasana hijrah, bagaimana amalan-amalan yang buruk ditinggalkan dan amalan yang haq ditegakkan.

 Seluruh umat hijrah bersama-sama untuk meninggalkan keburukan-keburukan dan menegakkan kebenaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar